Saturday, June 19, 2010

TOR

DISKUSI DAN WORKSHOP TARI
10TH INDONESIAN DANCE FESTIVAL 2010
BEKERJA SAMA DENGAN
MASYARAKAT SENI PERTUNJUKAN INDONESIA

POWERING THE FUTURE

A. PENDAHULUAN
Peristiwa biannual tari yang mewujud dalam Indonesian Dance Festival [IDF] telah menapaki periode penyelenggaraannya yang kesepuluh. Perkembangannya terlihat mulai tidak lagi rigid dalam ranah tari semata-mata, namun sudah mulai merambah kolaborasi dengan ranah disiplin seni yang lain. Bahkan pada beberapa repertoar yang tersaji, sudah tak lagi terlihat bentuknya sebagai tari seutuhnya. Hal ini menunjukkan fluiditas produk yang tidak lagi menuju pada sebuah konstata bentuk semata, tetapi terus berubah dan menawarkan, tentunya, berbagai kejutan yang terus menarik untuk dikupas.
Keragaman moda ekspresi dalam berbagai bentuk di atas tak pelak lagi berkat adanya kolaborasi yang secara intensif dilakukan dalam beberapa festival yang telah lalu. Dialektika ataupun dialogi yang dibangun menjadi semakin akrab berkat intensitas komunikasi yang terjalin di antara praktisi tari di berbagai wilayah dewasa ini. Ke depan, intensitas komunikasi ini akan terus terjalin apalagi, salah satunya, dengan terwujudnya sebuah institusi jejaring baru, Asia Dance Channel, yang menggaungkan wacana tari di kawasan Asia yang sekarang sudah bisa didapat hardcopy-nya. Keberadaannya akan menguatkan sharing proses kreatif yang sedang berjalan yang akan berdampak pada pembacaan baru pertunjukan tari di kawasan Asia pada khususnya, dan dunia pada umumnya.
Laku pewacanaan ini nampaknya tidak berjalan seiring, baik kualitas maupun kuantitasnya, terkait dengan frekuensi penyelenggaraan peristiwa tari yang ada, baik dalam IDF sendiri maupun di luar IDF, yang terasa mulai diapungkan di berbagai tempat di Indonesia. Jumlah pengamat tari sebetulnya semakin banyak, namun yang menyempatkan diri untuk menuliskannya di media massa sangatlah terbatas. Padahal salah satu pemberdayaan kekuatan nilai dan makna tari di masa depan ada dalam
ekstensi ruang publik yang akan memperkaya konseptualisasi pertunjukan tari di masyarakat luas, apa pun latar belakangnya.


Dalam forum 10th IDF kali ini ada beberapa tema diskusi yang cukup variatif dalam menangkap benang merah sekaitan dengan tema di atas, di antaranya adalah:
1. Reconsidering the Interdiscipline Subject of Performance
Watak silang disiplin dalam pertunjukan kerap kali disadari dan atau dimaklumi sebagai ontologically given (terberikan dan utuh pada keberadaannya) baik oleh pelaku maupun penontonnya. Semua pelaku pertunjukan mestilah berpikir tentang berbagai aspek yang menyusun karyanya, sejak menempatkan tubuh dalam ruang, sejak membangun rancang busana hingga tata cahaya. Penonton di sisi lain juga terbiasa dengan berbagai dimensi dalam pertunjukan; awam bagi kita untuk mengharapkan kekuatan tampilan dan bebunyian pada suatu tontonan, entah untuk merasa terhibur, tergugah, atau terguncang.
Pada kenyataannya, masing-masing penguatan pada disiplin pertunjukan (musik, tari, teater) seturut dengan perkembangan akademik pada seni juga menghasilkan pengetatan (rigidifying process), membuat masing-masing disiplin menjadi ketat dalam cangkang disiplinnya dan tak saling terdorong untuk menengok satu sama lain. Di luar hubungan yang dibutuhkan antara berbagai disiplin bidang seni, seni pertunjukan sendiri pada saat yang sama juga membutuhkan akses pada berbagai perkembangan disiplin non-seni, sejak yang bersifat abstrak dan terkait dengan metodologi pendekatan sosial (sosiologi, antropologi, dll.) maupun yang bersifat praktis untuk memperkaya keseniannya (perkembangan teknologi media, dll).
Workshop ini dirancang untuk menempatkan kembali seni pertunjukan sebagai bagian dari kelola disiplin pengetahuan sosial dan humaniora yang lebih luas, seni maupun non seni, demi memperkokoh dan memperkaya pendekatan pembacaan dan penciptaan seni.
Tujuannya adalah untuk (1) menyorongkan dan menimbang ulang, subjek silang disiplin pertunjukan; (2) melakukan identifikasi disiplin-disiplin stakeholder pertunjukan (sastra, musik, tata rupa, antropologi, arsitektur, dll.); (3) melacak potensi dari sesilang disiplin untuk memperluas pendekatan pembacaan maupun penciptaan pertunjukan; dan (4) mempertukarkan referensi/kemungkinan metode penciptaan dan pembacaan seni pertunjukan.

2. Festival in Various Dimension
Untuk lebih memberikan input bagi penyelenggaraan festival, maka sharing di antara para penyelenggara berbagai festival di Indonesia, dipandang perlu untuk memberikan makna yang signifikan, terutama dalam berbagai upaya perawatan momen kreatif dalam berbagai dimensi kehidupan.
Di samping itu juga berkaitan dengan sumber daya penggeraknya, apakah itu merupakan sebuah event yang didukung secara spontan oleh masyarakat pendukungnya (Pesta Desa), atau digerakkan oleh sebuah jejaring yang mengeksekusi tata kelolanya secara profesional. Seberapa jauh kekuatan kapital ”mendominasi” aura festival baik dalam substansi tematiknya maupun dalam tata kelola spasialnya.

3. Dance Critic Workshop
Pembacaan potret kritik secara tidak langsung akan berkaitan dengan pembacaan tari itu sendiri, karena kritik tak dapat tampil tanpa event tari itu sendiri. Seperti yang telah disampaikan di muka, geliat kritik ternyata belum sebanding dengan geliat tari yang dihasilkan sebagai produk dan dipentaskan dalam berbagai festival di Indonesia. Setiap wilayah memiliki tradisi kritik yang berbeda-beda. Apalagi sekarang dikotomi daerah-pusat tak lagi menjadi kendala, karena koran-koran daerah juga sudah online dalam jejaring virtual, sehingga terjadi adanya aksesibilitas yang setara.
Pada kesempatan kali ini akan diadakan workshop kritik tari yang akan diikuti oleh berbagai potensi kepenulisan tari diberbagai wilayah, baik dosen, mahasiswa, maupun individu non pendidikan seni, yang telah menunjukkan kapasitas di daerah amatannya.
Untuk kepesertaan workshop para peserta dipersyaratkan sudah punya bekal kepenulisan dan setidaknya punya tulisan kritik meski belum pernah dipublikasikan.

B. TUJUAN
1. Terbukanya wawasan baru yang berkaitan dengan Powering the Future dalam khazanah tari dan kecenderungan perkembangannya.
2. Mendapatkan pemahaman tentang kecenderungan tradisi kreatif dalam forum Indonesian Dance Festival, melalui sharing dari representasi koreografernya.
3. Mewujudkan tradisi kritik menjadi sebuah kegiatan yang cukup kontributif bagi geliat perkembangan tradisi kreatif masa kini melalui workshop kritik tari.
4. Lebih memahami event festival sebagai bagian dari upaya perawatan energi kreatif bagi komunitas seni/tari di berbagai wilayah, baik nasional maupun internasional.

C. SASARAN
Sasaran kegiatan seminar ini adalah para pengamat dan komunitas tari di Indonesia, baik yang terlibat pada kegiatan workshop festival maupun yang tidak terlibat di dalamnya. Termasuk di dalamnya adalah mahasiswa sampai dengan para koreografer dan para pegiat seni produk akademik maupun non akademik.

D. LUARAN KEGIATAN
Menghasilkan rumusan kecenderungan tari/festival dewasa ini serta menjadikan momentum IDF sebagai bagian dari penguatan jejaring kritik tari/festival di Indonesia.


E. PEMBICARA/NARASUMBER/INTERPRETER/MODERATOR
1. Reconsidering the Interdiscipline Subject of Performance. Pembicara: Prof. Sardono W. Kusumo (IKJ), Ugoran Prasad (MSPI), Drs. M. Miroto, MFA (ISI Yogyakarta), Kuik Swee Boon (Singapura) dan Eko Supriyanto, MFA (ISI Surakarta). Moderator: FX. Widaryanto,SST.,MA dan Ugoran Prasad

2. Festival in Various Dimension. Pembicara: Nungki Kusumastuti S.Sn, M.Sos /Maria Darmaningsih S.Sn., M.Ed/Melina Surja Dewi, S.Pd., M.Si (IKJ/IDF), Prof.Dr. I Wayan Dibia (Pekan Kesenian Bali), Daisuke MUTO (Gunma Prefectural Women's University Jepang), Chi-Fang CHAO (Taipei National University of the Arts/TNUA Taiwan). Moderator: Dr. Sal Murgiyanto (IDF/ TNUA)

3. Dance Critic Workshop and Discussion. Supervisor: FX. Widaryanto,SST.,MA, Bre Redana, Silvester P. Hurit, Adi Wicaksono dan Dr. Sal Murgiyanto.



Jakarta, Mei 2010
Penanggung jawab Seminar


FX. Widaryanto


-------------------------------------------------------------------------------------------------





TOR
DISCUSSION AND DANCE WORKSHOP
10th INDONESIAN DANCE FESTIVAL 2010
IN COOPERATION WITH

INDONESIAN SOCIETY FOR PERFORMING ART

Powering The Future



A. INTRODUCTION


The bi-annual dance event like the Indonesian Dance Festival
[IDF] now achieved at it’s tenth period. Developed from the rigid realm of pure dance event, it begun to explore collaborations with other art disciplines. Even in some of present repertoires, the dance form has no longer completely seen. This shows the fluidity of product that no longer leads to a stated form, but is constantly changing and, evidently, offers many interesting surprises to be analyse.


The diversity of way of expression in various forms abovementioned, undoubtedly thanks to an intensive collaboration in several previous festivals.
Dialectics or dialog built become more familiar since the intensity of communication existed between dance practitioners in many areas nowadays. In the future, the intensity of this kind of communication will continue to be more enhanced with the establishment of a new network institution, the Asian Dance Channel, which shall echoe the dance discourse throughout Asia which its hard copy can presently obtained. Its presence will strengthen the share of creative process which is still running and will affect the parole of a new dance performance, particulary in the Asian region and also globally.


This discourse does not appear simultanously between quality and quantity, in associated with the organisational frequency of dance events, both within the IDF itself and outside, which now started to be take place in various venues throughout the archipelago. The number of observers increased, but the chance to write in medias is very limited.
In fact, one of empowerment to strengthen the value and meaning of dance in the future is in the existense of public space which will enrich the conceptualization of dance performance among public regarding his/her background.


In the 10th IDF forum this year, there are some discussion themes diverse enough to catch the thin red line that linked to the theme abovementioned, which includes:

1. Reconsidering the Interdiscipline Subject of Performance
Cross-disciplinary character in the performance is often consciously understood as ontologically given, both by actors and audience. All performers should think about various aspects that construct his/her work, starting from placing the body in space, costume design, into lighting concept. Audience, on the other hand, is also familiar with the various dimension of performance.

It is a common for us to expect the visual strength and sounds from the show, whether it’s aim is to amuse, to intrigue, or to shake.

In fact, each strength on performance discipline (music, dance, theater) according to academic art development is also produce a tightening or rigidifying process that make each discipline tightly on its own and discouraged to acknowledge one another. Despite the link required between these many arts disciplines, performing arts itselfs at the same time need an access to various development of non-art disciplines, may it an abstract knowledge related to the methodology of social approaches (sociology, anthropology, etc.) as well as the practical knowledge in order to enrich its arts (technology media enchancement, etc.).


This workshop is designed to reposition performing art as part of a broader social sciences and humanities, art and non art, in order to strengthen and enrich the comprehension approach and arts creation.



The aim is to :

a. thrust and reconsider the cross-disciplinary performing subjects

b. identifying stakeholders of performance disciplines (litterature, music, visual arts, anthropology, architecture, etc.)

c. track down the potential of cross-discipline as a way to expand the approach in comprehension as well as creation of performing arts

d. exchange references / possible methods of creating and understanding the performing arts.



2. Festival in Various Dimension
In order to give an input to festival managements, sharing between organisers of many festivals in Indonesia is deemed necessary to provide a significant meanings, especially in the efforts of conserving the creative moments in many dimensions of life.



In spite of that, it’s also related to the resource’s propulsion, may it a spontaneous event supported by the community (Village Feast), or driven by a professional organisational network. How far the power of capitalism could "dominate" the aura of a festival, both in thematic substance and in the organisational spatial.

Dance Critic Workshop
Understanding the profile of criticism will indirectly relate to the understanding the dance parole itself, because dance critics cannot performed without the dance performance itself. As
mentioned earlier, the impact of dance critics is unproportional with dance itself as a product and performed in various festivals in Indonesia. Each region has a different tradition of critics. Moreover, central-local dichotomy is now no longer an obstacle since local newspapers also have an online virtual network, resulting the existence of equal accessibility.


On this occasion, the participants of dance critics workshops will come from by many different places, lecturers, students, and non-arts lecturers who has shown their capability in each area of observation.



To participate on this workshop, participants are required to have an experience in writing and at least have written a critics even if it’s yet unpublished.



B. PURPOSE

1. To open a new insights relating to Powering the Future in the dance realm and its development tendencies.

2. To understand the tendencies of traditional creativities in Indonesian Dance Festival forums by shares of choreographic representations.

3. To put the tradition of critics into a contributive activity in order to develop a contemporary creative tradition by doing the dance critics workshop.

4. To better understand a festival event as part of treatment efforts for the art/dance creative energy in various community areas, both nationally and internationally.



C. TARGET


The target of this seminar is the observer and the dance community in Indonesia, whether they involved in the festivals or not. Including student up to choreographers and art activists both as academical or non-academical products.





D. EXTENDING ACTIVITY


To produce a formula of dance/festival tendencies nowadays and make the IDF moments as part of strengthening network of dance critics/festival in Indonesia.



E. SPEAKERS/MODERATOR/SUPERVISOR


1. Reconsidering the Interdiscipline Subject of Performance

Speakers:

Prof. Sardono W. Kusumo (IKJ); Ugoran Prasad (MSPI); Drs. M. Miroto, MFA (ISI Yogyakarta); Kuik Swee Boon (Singapore) and Eko Supriyanto, MFA (ISI Surakarta). *

Moderator: FX. Widaryanto, SST. MA and Ugoran Prasad.


2. Festival in Various Dimension

Speakers:

Nungki Kusumastuti S. Sn, M. Sos/Maria Darmaningsih S.Sn., M.Ed/Melina Surja Dewi, S.Pd., M.Si (IKJ / IDF); Prof.Dr. I Wayan Dibia (Bali Arts Week Festival); Daisuke MUTO (Gunma Prefectural Women's University - Japan); Chi-Fang CHAO (Taipei National University of the Arts/TNUA - Taiwan). *

Moderator: Dr. Sal Murgiyanto (IDF/TNUA)



3. Critic Dance Workshop

Supervisors:

FX. Widaryanto, SST., MA; Bre Redana; Adi Wicaksono; Silvester P. Hurit and Dr. Sal Murgiyanto. *


E. TIME AND LOCATION
1. Reconsidering the Interdiscipline Subject of Performance
June, 15th 2010
Time
Venue
Activity
Speaker
Moderator
Participant
Duration
09.00-09.30
Lobby Graha Bhakti Budaya
Technical Preparation
--
--
Students of S2 Program-IKJ,
30 minutes
09.30-10.00
TIM
[Taman Ismail Marzuki]
Registration
--
--
PTSI, ex- IKIP
30 minutes
Participants of IDF, Participants of IETM,
General
10.15-12.00
Lobby Graha Bhakti Budaya
Technical Presentation
Prof. Sardono W. Kusumo
idem
20-30 minutes
TIM
FX. Widaryanto, SST., MA.
idem
Presentation
Ugoran Prasad
20-30 minutes
11.30-12.30
Discussion
60 minutes
12.30-13.30
ISOMA
--
--
60 minutes
13.30-15.30
Lobby Graha Bhakti Budaya
Presentation
Eko Supriyanto S.Sn, MFA
Ugoran Prasad
idem
20-30 minutes
TIM
Presentation
Drs. M. Miroto, MFA.
Kuik Swee Boon
20-30 minutes
15.30-16.00
Discussion
30 minutes



2. Sharing Experience: Festival in Various Dimension
June 16th 2010
Time
Venue
Activity
Speaker
Moderator
Participant
Duration
09.00-09.30
Preparation
30 minutes
09.30-10.00
Lobby Graha Bhakti Budaya TIM
Registration
Students of S2 Program-IKJ & PTSI,
Ex-IKIP, Participants of IDF, Participants of IETM,
General
30 minutes
10.15-11.30
idem
Presentation
Nungki Kusumastuti/ Maria Darmaningsih S.Sn., M.Ed/Melina Surja Dewi, S.Pd., M.Si
Dr. Sal Murgiyanto
idem
20-30 minutes
Presentation
Prof. Dr. I Wayan Dibia
20-30 minutes
Presentation
Daisuke MUTO
20-30 minutes
11.30-12.00
Discussion
Chi-fang CHAO
30 minutes


1.WORKSHOP
Dance Critic
June 15th 2010
Time
Venue
Activity
Supervisor
Participant
Duration
09.00-09.30
Technical Preparation
Students
30 minutes
09.30-10.00
Graha Cipta II -TIM
Registration
General
30 minutes
10.00-12.00
idem
Supervising

Idem
Silvester P. Hurit
Adi Wicaksono
12.00-13.00
ISOMA
60 30 minutes
13.00-15.00
idem
Supervising
FX. Widaryanto, SST., MA.
idem
2 hours
Adi Wicaksono
Dr.Sal Murgiyanto
2. WORKSHOP
Dance Critic
June 16th 2010
Time
Venue
Activity
Supervisor
Participant
Duration
11.30-12.00
Technical Preparation
Students
30 minutes
12.00-12.30
Graha Cipta II-TIM
Registration
General
30 minutes
13.00-16.00
idem
Supervising

idem
3 hours
Dr.Sal Murgiyanto
FX. Widaryanto, SST., MA.
Adi Wicaksono
Silvester P. Hurit

3.WORKSHOP
Dance Critic
June 17th 2010
Time
Venue
Activity
Supervisor
Participant
Duration
11.30-12.00
Technical Preparation
Students
30 minutes
12.00-12.30
Graha Cipta II-TIM
Registration
General
30 minutes
12.30-16.00
idem
Chi-fang CHAO
Supervising
Adi Wicaksono
3 hours
Dr.Sal Murgiyanto


idem
Bre Redana
FX. Widaryanto, SST., MA.
Silvester P. Hurit
Jakarta, May 2010


FX. Widaryanto

Seminar Responsible